Membahas permasalahan mengenai pendidikan di Indonesia, saya akan mengambil topoik berkenaan tentang pedidikan moral anak bangsa yang semakin mengalami kemerosotan. Hal ini tidak bisa dipungiri melihat bahwa pada zaman sekarang perkembangan tekhnologi semakin cepat dan canggih. Mereka dapat dengan mudah melihat dunia luar tanpa ada penyaringan mengenai hal-hal yang baik yang dapat diambil dan hal – hal yang buruk untuk tidak ditiru.
Dalam hal ini, Yang sering menjadi pembicaraan yakni maraknya seks bebas yang dilakukan oleh siswa-siswi usia sekolah. Hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi, baik itu dilingkungan pendidikan formal maupun non formal. Apabila hal-hal seperti tersebut tidak segera ditindaklanjuti, maka keadaan moral anak bangsa akan semakiin mengalami kemerosotan yang berujung pada hancurnya mutu anak bangsa. Untuk itu, melalui sosiologi pendidikan permasalahan seperti tesebut dapat dikaji dan dianalisis secara lebih mendalam. Hal tesebut selaras dengan pendapat E. Goerge Payne yang merupakan bapak sosiologi pendidikan memberikan penekanan bahwa dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok-kelompok social dan proses social terdapat hubungan yang saling terjalin, dimana di dalam interaksi social itu individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamnnya. Penjelasan tersebut melekat kuat aspek sosiologisnya.sementara dari segi pedagogisnya, bahwa seluruh individu dan masyarakat dari anak-anak sampai orang dewasa, kelompok-kelompok social dan proses-proses sosialnya, berlangsung di seputar system pendidikan yang selalu begerak dinamis.
Berdasar atas pendapat tersebut, maka saya menyertakan pendapat bahwa kehidupan bermasyarakat, dalam hal ini adalah di lingkungan pendidikan, perlu adanya interaksi dan sosialiasi yang dlakukan secara seimbang antara lingkungan pendidikan formal maupun non formal. Hal ini perlu dilakukan melihat bahwa kehidupan masyarakat sifatnya dinamis, apabila tidak disertai intersksi dan sosialisasi yang sesuai, maka yang terjadi ialah tidak seimbangnya tata kelakuan dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasar atas topic permaalahan diatas, hal ini berarti bahwa dalam pembentukan peribadi anak, terjadi melalui tri pusat pendidikan, yakni dirumah atau didalam keluarga, di sekolah, dan di lingkungan masyarakat luas.
Di rumah, anak berinteraksi dengan orang tua. Disini merupakan awal dari pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, orang tua perlu memberikan sosialisasi sesuai umur dari anak tersbut. Berdasarkan pada topic diatas misalnya, ketika anak sudah mulai memasuki usia remaja, anak perlu diberikan sex education sehingga dalam pola perilakunya nanti, sang anak tersebut tidak akan salah langka karena sudah memiliki benteng pembatas dalam berperilaku. Selanjutnya, disekolah anak memperoleh pengajaran dari guru. Disini, guru diharapkan tidak hanya memberikan pemahaman materi yang berkenaan dengan bidang studi atau hanya bersifat akademik saja, namun juga perlu memberikan pengetahuan umun, dalam hal ini mengenai pendidikan moral. Ketika sudah memliki bekal yang cukup dari keluarga dan sekolah mengenai pembatasan pola perilaku, maka ketika mereka kembali terjun ke masyarakat umum, mereka sudah memiliki benteng pembatas dalam bertingkahlaku sehingga dapat memilah-milah hal yang patut dilakukan dan hal-hal yang tidak patut dilakukan.
Dengan demikian, adanya interaksi dan sosialisasi mengenai pendidikan seks sejak dini, yakni melalui lingkungan keluarga dan diperlanjut atau diperdalam melalui pendidikan formal, adanya penyimpanagn tingkah laku, dalam hal ini adalah maraknya seks bebas pada anak bangsa akan dapat terminimalisasi.
Jadi, menurut paparan di atas dapat dilihat bahwa dengan menggunakan sosiologi pendidikan, kita dapat menganalisis masalah-masalah pendidikan dengan pendekatan sosiologis.